Tips Penting Sebelum Membuat Rumah Burung Walet Dengan Mudah

Keberuntungan serta akal budi manusia menuntun mereka menciptakan rumah walet. Pembuatan rumah walet diawali dengan diisinya bagian-bagian rumah tua yang gelap dan sedikit lembab oleh sekelompok walet.

Di Indonesia, rumah kuno yang menjadi rumah walet antara lain terdapat di Kota Muntok dan Belinyu di Bangka serta Sedayu di Jawa Timur.

Di Kota Demak, ada sebuah rumah (kuno) walet yang setiap panen menghasilkan sekitar 150 kg sarang–padahal setiap tahun dipanen lebih dari enam kali.

Harga 1 kilogram sarang walet dari rumah itu dapat mencapai 20 juta rupiah. Keberhasilan berbagai rumah walet kuno telah mengilhami beberapa orang untuk meniru suasana gelap dan lembabnya rumah walet kuno. Beberapa dari rumah “tiruan” tersebut ditempati oleh populasi walet.

Namun, lebih banyak yang tidak atau belum berhasil. Ketidakberhasilan ini umumnya terjadi karena para pengusaha umumnya meniru bangunan bakal rumah walet yang belum berhasil.

Tips Penting Sebelum Membuat Rumah Burung Walet Dengan Mudah
Tips Penting Sebelum Membuat Rumah Burung Walet Dengan Mudah

Rumah walet yang sudah berproduksi sama sekali tidak boleh dikunjungi orang lain sehingga sedikit kemungkinannya untuk ditiru.

Faktor keamanan menjadi pertimbangan dalam membangun rumah walet sehingga bakal rumah walet banyak yang dibuat di tengah kota.

Untuk lebih mengamankan agar bangunan dapat menghasilkan sarang, banyak orang merancang rumah walet sekaligus sebagai tempat usaha ataupun tempat tinggal.

Di Kota Sungailiat ada bangunan bakal rumah walet dengan rancangan lantai pertama sebagai rumah makan, lantai kedua sebagai rumah tinggal, dan lantai ketiga sebagai rumah walet.

Pemilik sama sekali tidak memperhitungkan, atau mungkin juga memang tidak mengetahui, bahwa walet berpotensi sebagai penyebar penyakit yang bersifat anthropo-zoonosis.

Penyakit-penyakit anthropo-zoonosis dapat ditularkan kepada manusia melalui air liur atau kotoran walet, serta gigitan berbagai serangga, terutama nyamuk.

Kurang perhitungan
Satu kekurangan besar dalam perhitungan telah terjadi. Secara alami, walet makan serangga terbang yang seluruhnya masih dihasilkan oleh alam.

Ketersediaan pakan pun relatif terbatas dan sangat bergantung pada keadaan alam sehingga populasi walet yang dapat didukung oleh suatu kawasan pun menjadi terbatas.

Di lain pihak, daya jelajah walet untuk mencari pakan juga ada batasnya. Misalnya dari satu kawasan tersedia sejumlah serangga terbang yang dapat “diolah” oleh suatu populasi walet menjadi 100 kg sarang.

Jika pada kawasan tersebut terdapat sebuah rumah walet, rumah walet tersebut dapat menghasilkan 100 kg sarang walet per tahun.

Namun, jika di daerah tersebut terdapat 100 buah rumah walet, rata-rata setiap rumah hanya akan menghasilkan 1 kg sarang setiap tahun.

Suatu kenyataan bahwa ada rumah walet yang setiap tahun dapat menghasilkan sekitar 125 kg sarang. Karena itu, tidaklah mengherankan pula jika banyak rumah walet yang sejak dibangun belum pernah dihuni oleh seekor walet pun.

Hal ini menjadikan banyak investasi yang sangat merugikan–suatu impian yang membuat linglung.

Hal penting sebelum membuat rumah sarang burung walet

Setelah mendapat lokasi yang tepat, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pembangunan/rumah walet.

Tentunya bangunan harus memerhatikan aspek-aspek, supaya sesuaikan dengan kebutuhan walet sehingga burung walet mau hinggap, betah, dan berkembang biak di dalamnya.

Hal yang paling penting dalam persiapan membuat rumah walet adalah memperhitungkan bagaimana mengatur suhu rumah walet tetap sesuai dengan suhu udara dan kelembaban udara pada alam habitat aslinya.

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membuat rumah walet tetap terjaga suhu dan kelembabannya.

Suhu Rumah Walet

Suhu di dalam gedung idealnya 27 – 29 derajat C dalam kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap perkembangan populasi dan kualitas sarang.

Suhu yang terlalu tinggi 30 – 32 derajat C air liur walet akan cepat mengering apalagi kalau kelembaban juga rendah akibatnya sarang retak dan keropos.

Telur yang dihasilkan juga kurang bagus, hal-hal seperti ini harus dihindari, karena berujung pada tidak berkembangnya populasi, lebih parah lagi rumah walet yang telah kita buat akan ditinggal pergi oleh burung walet.

Demikian juga kalau sebaliknya, bila kita bisa mengendalikakn suhu sesuai dengan habitat makro, walet akan betah tinggal dan berkembang biak dengan baik.

Oleh sebab itulah penanganan suhu ruang harus diperhatikan dengan serius. Agar suhu bisa stabil di kisaran 27 – 29 derajat C dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Ventilasi Udara

Untuk gedung walet yang berlokasi di dataran rendah yang bersuhu rata-rata 31-32 derajat C pemasangan ventilasi sangat diperlukan, misalnya tiap 1 meter dipasang sebuah ventilasi.

Untuk daerah bersuhu rata-rata 24-25 derajat C, ventilasi udara relatif tidak diperlukan, atau paling tidak per empat meter dipasang sebuah ventilasi udara.

Jarak pipa PVC dengan plafon biasanya 50 cm.

Ventilasi pada gedung walet biasannya menggunakan pipa PVC ukuran 4 inch. Pipa PVC ini disambungkan dengan pipa lengkung atau biasa disebut kni. Kni digunakan karena memiliki fungsi sebagai berikut:

Sebagai penekan cahaya luar, sehingga penempatan kni di dalam gedung. Sebagai penekanan angin kencang, sehingga penempatan kni di luar gedung.

Sering terjadi kesalahan dalam pemasangan pipa kni. Misalnya di daerah bersuhu rata-rata 31-32 derajat C, dengan kondisi angin yang tidak kencang, pemasang pipa kni berada di luar.

Hal tersebut justru mengakibatkan faktor angin tidak leluasa masuk gedung sebab terhalang kni, sehingga sirkulasi udara di dalam gedung tidak lancar.

Seharusnya kni dipasang di dalam agar angin dapat masuk. Sebaliknya, di daerah bersuhu rata-rata 24-25 derajat C atau daerah angin kencang, pipa kni terpasang di dalam gedung.

Hal itu justru membuat suhu di dalam menjadi lebih drop atau turun karena angin dapat langsung masuk gedung. Seharusnnya pipa kni dipasang di luar agar angin kencang terhalang oleh lengkung kni.

Mengecat Dinding/Tembok luar

Pengecatan bertujuan untuk mengurangi intensitas penyerapan panas matahari, untuk daerah panas bersuhu rata-rata 30-32 derajat C sangat tidak disarankan mengecat dinding dengan warna hitam sangat menyerap panas.

Tetapi yang disarankan justru cat yang berwarna terang. Namun warna hitam cukup membantu untuk daerah yang bersuhu dingin 24-25 derajat C.

Jenis Plafon

Jenis plafon yang digunakan dalam gedung walet mempunyai andil besar dalam pengondisian suhu. Ada dua jenis plafon yang biasa digunakan, yaitu plafon dari papan atau tripleks dan plafon dari semen cor atau beton.

Untuk daerah dengan suhu rata-rata 31-32 derajat C  sebaiknya gedung walet menggunakan plafon semen cor atau beton.

Hal tersebut sangat membantu tercapainya suhu ideal dalam gedung. Sebagian orang memfungsikan plafon tersebut sebagai dasar bak air atau kolam agar tercapai suhu yang lebih sejuk. Sejauh tidak bocor, tidak masalah.

Namun, jika tidak terjadi kebocoran, airnya akan membasahi siri-sirip. Akibatnya, sirip berjamur, dan itu tidak disukai walet.

Untuk daerah dengan suhu rata 24-25 derajat C sebaiknya menggunakan plafon dari papan atau tripleks.

Hal tersebut akan membuat suhu dalalm gedung terasa hangat. Yang harus diperhatikan adalah pemasangan papan harus serapat mungkin.

Jangan sampai terdapat celah atau rongga pada sambungan papan sebab akan mengakibatkan kebocoran udara.

Udara dari bawah genteng turun ke bawah, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, suhu ruang tidak stabil.

Selain itu, celah atau rongga antarsambungan papan dapat menjadi lubang masuk kotoran dari bawah genting. Hal itu mengakibatkan sirip-sirip menjadi kotor dan tidak disukai walet.

Hujan buatan

Hujan buatan dapat dilakukan dengan memasang sprayer yang dihubungkan dengan pipa dan dipasang di atas atap.

Pada saat matahari terik sekitar jam 11-12 siang sprayer dapat dihidupkan, sehingga suhu ruang kembali turun.

Dinding dan Tata ruang

Dinding yang dicor tebal akan sangat membantu karena panas tidak terlalu cepat menyerap ke dalam gedung. batu bata merah yang disusun membujur memiliki ketebalan 25-30 cm terbukti cukup menstabilkan suhu ruang.

Di daerah Kalimantan banyak peternak membangun rumah walet dengan dinding plesteran semen yang di dalamnya ditambahkan Styrofoam dengan ketebalan 5 cm.

Sehingga ketebalan dinding bisa mencapai +/- 10 cm, hal ini cukup membantu mengurangi biaya selain murah juga lebih gampang didapat.

Tebal Tipis Dinding

Bangunan untuk budidaya walet sebaiknya berdinding tembok. Hal ini untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban di dalamnya.

Untuk daerah yang bersuhu panas (31-32 derajat C) tembok yang baik adalah yang memiliki ketebalan sekitar 24-25 cm.

Sebaliknya, untuk daerah bersuhu dingin (24-25 derajat C), tembok yang baik adalah memiliki ketebalan sekitar 14-15 cm.

Temobok yang tebal pada daerah panas akan menjadikan suhu dalam gedung menjadi sejuk, sedangkan tembok yang tipis pada daerah dingin akan menjadikan suhu dalam gedung tersebut menjadi hangat, hal ini akan terjadi apabila gedung tersebut dicat dengan warna gelap.

Untuk daerah dataran rendah, seperti sepanjang pantura Pulau Jawa, sebaiknya bangunan gedung walet menggunakan tatanan batu bata melintang, dengan ketebalan tembok mencapai sekitar 24-25 cm.

Sebaliknya, untuk daerah dataran tinggi, tatanan batu bata pada gedung walet cukup satu bata membujur sehingga ketebalan tembok hanya sekitar 14-15 cm.

Ukuran Ruang

Tata ruang dalam gedung walet akan berpengaruh terhadap kondisi suhu. Untuk daerah yang bersuh rata-rata 31-32 derajat C ruang yang sempit akan mengakibatkan suhu bertambah naik.

Untuk memperoleh suhu ideal sebesar 27-29 derajat C, ukuran ruang minimal 4 x 4 m.

Untuk daerah yang bersuhu rata-rata 24-25 derajat C ruang yang luas justru akan menyebabkan suhu bertambah turun. Oleh karena itu aturlah ukuran ruang menjadi maksimal 4 x 4 m.

Ketinggian Ruang

Tinggi rendahnya ruang akan memengaruhi kondisi suhu dalam gedung. Aturlah sedemikian rupa agar tinggi ruang untuk daerah bersuhu rata-rata 31-32 derajat C minimal 3 meter.

Untuk daerah dengan suhu rata-rata 24-25 derajat C ketinggian ruang maksimal 3 meter.

Sarang Burung Walet RI Tembus Pasar Tiongkok

Sarang burung walet RI made in Surabaya ini berhasil menembus pasar ekspor Tiongkok. Artinya, saat ini bertambah satu negara pangsa ekspor sarang burung walet menjadi 17 negara.

Ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok yang telah berhasil dilakukan pada awal 2015 merupakan momen yang ditunggu sejak 5 tahun lalu.

Ekspor ini berawal dari pertemuan antara Menteri Perdagangan Indonesia dan Tiongkok pada Maret 2010.

Pertemuan tersebut berlanjut dengan penandatanganan protokol tentang persyaratan higienitas, karantina dan pemeriksaan untuk importasi produk sarang burung walet dari Indonesia ke Tiongkok antara Kementerian Pertanian RI dan Menteri Administrasi Umum Pengawasal Mutu, Inspeksi dan Karantina Tiongkok di Beijing pada 24 April 2012.

Protokol tersebut mengatur importasi sarang burung walet ke Tiongkok bisa dilakukan apabila perusahaan telah memenuhi persyaratan higienitas dan diregistrasi oleh AQCIQ lebih lanjut melalui rekomendasi Badan Karantina Pertanian.

Sarang walet populer dipakai sebagai bahan makanan atau minuman. Tiongkok merupakan negara konsumen sarang walet terbesar.

Di negara ini, sarang walet biasa dikonsumsi saat Hari Raya Imlek. Harga satu kilogram sarang walet bisa mencapai Rp 15 juta.

Data Badan Karantina Pertanian menyebutkan, negara tujuan ekspor sarang walet antara lain Kanada, Hong Kong, Italia, Jepang, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Australia, Belgia, Makau, Belanda hingga Korea.

Jumlah ekspor terbesar yaitu ke Hong Kong sebanyak 300,820 kg pada 2014. Diikuti Singapura 80,218 kg dan Vietnam 50,584 kg. Ekspor sarang walet pun terus naik setiap tahunnya.

“Dengan potensi produksi sarang burung walet Indonesia sebesar 400.000 kg/tahun maka potensi nilai ekspor sarang burung walet per tahun dapat mencapai US$ 1.000 atau setara Rp 4,8 triliun,” kata Eddy Purnomo, Kepala Bagian Hukum dan Humas Badan Karantina Pertanian (BKP) Kementerian Pertanian dalam keterangan tertulis yang diterima detikFinance,

BKP Kementan bertugas menjamin keamanan produk sarang walet yang akan diekspor bebas dari Avian Influenza dan penyakit unggas lainnya serta memenuhi persyaratan sesuai protokol yang disepakati.

Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPWSI) Boedhi Mranata mengungkapkan, para pengusaha akan memastikan produk yang dihasilkan telah melalui rangkaian uji standar keamanan pangan yang ditetapkan Tiongkok atau negara tujuan ekspor lainnya.

Ke depan, diharapkan volume ekspor dapat terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri sarang walet di Indonesia.

REFERENSI:
emmymuharamwordpress

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter