Pelajaran dari Burung Walet dalam Membangun Sarangnya yang Belum Anda Ketahui

Alam semesta beserta segala isinya adalah “buku kehidupan”. Alam semesta beserta segala isinya adalah bentangan ilmu pengetahuan yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Apabila dimengerti dan dipahami, maka kehidupan setiap mahluk hidup di bumi ini memberikan pelajaran penting dan amat berharga bagi umat manusia.

Tidak ada satu pun ciptaan Tuhan Semesta Alam di dunia ini yang tanpa makna. Pepatah arif-bijak mengatakan, “Alam semesta beserta segala isinya adalah guru terbaik bagi manusia yang mau berfikir dan membuka hati dalam menangkap pelajaran dari ciptaan Tuhan”.

Pelajaran dari Burung Walet dalam Membangun Sarangnya yang Belum Anda Ketahui

Itulah (antara lain) cara unik Sang Khaliq agar manusia mau berendah hati, tidak sombong dan senantiasa mau belajar dari kearifan alam semesta beserta segala isinya.

Banyak kisah kehidupan dari mahluk hidup yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran. Salah satunya adalah kisah Burung Walet dalam membuat sarang yang bernilai tinggi itu.

Sarang burung Walet dikenal mengandung berbagai zat yang menyehatkan tubuh. Sarang burung Walet berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

Berbagai produk olahan berbahan baku sarang Burung Walet kini juga telah menjadi hidangan para raja dan kaum profesional. Wajar saja kalau harganya semakin hari bertambah mahal.

Sekadar gambaran, hanya masyarakat kelas menengah atas yang mampu membeli dan menikmati sup sarang Burung Walet di restoran-restoran berbintang.

Karena nilainya yang tinggi itulah maka Burung Walet sejak dulu telah dikembang-biakkan dan mendapat tempat terhormat dalam kehidupan ekonomi umat manusia.

Burung Walet, yang bernama Latin Collacaliafuciphaga, adalah burung pemakan serangga. Burung yang berwarna gelap itu suka meluncur dan terbang cepat. Burung berukuran tubuh kecil itu memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Burung Walet tidak pernah hinggap di pohon.

Ia mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang berudara lembab, remang-remang sampai gelap, guna menempelkan sarang sebagai tempat istirahat dan berkembang biak.

Sarang yang terbuat dari air liurnya (saliva) itulah yang memiliki harga tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan.

Burung Walet, burung yang bertubuh kecil itu, diminta atau tidak diminta, dipelihara atau tidak dipelihara, Tuhan telah mentakdirkan dirinya untuk terus berkreasi membuat sesuatu (sarang) yang terbaik dan bernilai tinggi bagi dirinya maupun bagi kehidupan manusia.

Burung Walet mampu membuat sarang yang baik, tahan cuaca, aman serta berharga tinggi bagi manusia.

Dan, konon, dalam sebuah dongeng yang telah melegenda, kemampuan Burung Walet dalam membuat sarang yang bernilai tinggi itu adalah hasil menimba ilmu pengetahuan (belajar) dari Burung Phoenix.

Seekor burung, yang menurut mitologi Mesir, digambarkan memiliki bulu yang sangat indah, berwarna merah keemasan. \

Burung Phoenix yang juga disebut Burung Api itu mempunyai ekor yang panjang, mencapai lebih dari 2 meter. Makanya, Burung Phoenix selalu bertengger di batang kayu pohon tinggi agar bulu ekornya yang sangat indah tersebut tidak rusak.

Lebih dari itu, sekali lagi Burung Phoenix dipercaya begitu pandai dalam membuat sebuah sarang yang sangat kuat, rapih, dan bagus.

Alkisah, kepandaian Burung Phoenix dalam membuat sarang telah menimbulkan ketertarikan burung-burung lain untuk belajar kepadanya.

Nah, suatu hari, Burung Hantu, Burung Elang, Burung Walet, dan Burung Gereja berkumpul untuk belajar membuat sarang kepada Burung Phoenix.

Kepada mereka, Burung Phoenix mencoba menjelaskan bagaimana membuat sarang yang bagus. Menurut Burung Phoenix, agar sarang benar-benar bagus yang terpenting adalah lokasinya.

Pilihlah lokasi yang nyaman dan aman. “Ah … kalau caranya seperti itu, aku sudah tahu,” pikir Burung Hantu. Lantaran penjelasan Burung Phoenix dianggap biasa-biasa saja, maka Burung Hantu terbang meninggalkannya.

Dan, Burung Phoenix tetap melanjutkan penjelasannya. Ia menambahkan bahwa sarang harus terbuat dari bahan yang bagus.

“Sarang yang kubuat selalu menggunakan bahan yang bagus. Semua sudah tahu bahwa untuk membuat sarang harus memakai bahan yang bagus,” pikir Burung Gereja, yang kemudian juga terbang meninggalkan Burung Phoenix.

Burung Phoenix tetap saja melanjutkan penjelasannya meski telah ditinggalkan Burung Hantu dan Burung Gereja.

Burung Phoenix menuturkan bahwa pada saat menganyam sarang, haruslah dilakukan dengan telaten agar setiap bahan bisa teranyam dengan baik. “Ternyata cuma itu toh, aku sudah tahu semuanya,” pikir Burung Elang, yang lantas terbang pula meninggalkan Burung Phoenix.

Yang tersisa hanya Burung Walet. Ia dengan begitu cermat mendengarkan wejangan dari Burung Phoenix. Kata Burung Phoenix, syarat-syarat yang disebutkan tadi belumlah cukup untuk membuat sarang yang bagus.

Yang juga sangat penting untuk diperhatikan adalah sarang tidak boleh terkena hujan atau sinar matahari langsung seperti berada di bawah atap rumah serta diusahakan selalu hangat dan beralas.

Begitulah Burung Walet. Lantaran mau belajar, ia akhirnya mampu membangun sarang yang bernilai tinggi.

Bukan saja untuk dirinya, namun juga bagi bangsa Manusia. Sarang yang berbahan baku dari air liurnya itu kini betul-betul dihargai sedemikian mahal.

Sarang Burung Walet menjadi komoditi paling berharga bersama mutiara dan emas bagi kehidupan manusia di muka bumi, dari dulu hingga sekarang ini.

Kisah Burung Walet dalam membangun sarang yang bernilai tinggi tadi, apabila dicermati, bukanlah sekadar dongeng pengantar tidur.

Kisah di atas juga dapat dijadikan sebagai cermin pembelajaran untuk kita semua, termasuk bagi perusahaan.

Intinya, sebuah perusahaan, diminta atau tidak, harus selalu berkreasi dan berinovasi membuat produk atau jasa serta pelayanan yang lebih baik bahkan terbaik bagi konsumen (pelanggan).

Untuk itu, perusahaan sebagai organisasi bisnis harus terus belajar (organization learning) sehingga kreasi, inovasi serta tidak cepat berpuas diri dan pembaruan yang tiada pernah berhenti.

Sebuah organisasi perusahaan idealnya memang harus terus berkreasi dan berinovasi guna menjawab tantangan jaman. Kepuasan konsumen (pelanggan) adalah di antara tantangan jaman itu.

Perusahaan yang kreatif serta inovatif, dan karenanya memuaskan konsumen itulah sesungguhnya yang dapat bertahan hidup, bahkan terus bertumbuh-kembang menjadi living company.

REFERENSI:
dialahokosujawordpress

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter